Banyak kritikan terhadap tokoh tokoh yang ada di negeri ini. Namun mereka telah banyak juga melakukan hal hal yang meningkatkan kualitas bangsa.
Seperti halnya saat kita menyorot bakrie dengan perusahaannya yang sangat besar. Dengan adanya perusahaan tersebut, telah banyak menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia. Ada lebih dari 5000 orang yang bekerja di perusahaan Bakrie group. Memang jika adanya pajak yang tak terbayarkan itu terlihat negatif. Dan memang hampir semua bisnis ingin meminimalisir jumlah pajak yang dibayarkan. Mengapa perusahaan besar membayar pajak lebih besar karena ini merupakan fungsi meratakan kesejahteraan. Selain itu perusahaan besar pastilah lebih banyak menggunakan fasilitas publik seperti jalan antar kota yang telah digunakan oleh truk truk besar.
Kembali ke angka lebih dari 5000 orang telah di karyakan. Kita bandingkan dengan angka pajak yang tak dibayarkan. Menciptakan lapangan pekerjaan adalah tindakan yang sudah sangat mulia. 5000 orang yang biasanya menafkahi 2 orang. Sehingga pengaruhnya menjadi 15000 orang yang kelangsungan hidupnya tergantung pada perusahaan bakrie. 15000 adalah 0.006 % dari total jumlah penduduk di Indonesia. Memang prosentasenya kecil dalam hitungan orang. Namun dalam hitungan total income yg didapat oleh karyawan bisa jadi angkanya lebih signifikan.
Mengkaryakan adalah hal yang baik, akan lebih baiknya jika mengkayakan. Dalam jasanya orang yang telah mengkaryakan belum tentu akan membuat orang lebih bahagia, atau ada kalanya orang yang dikaryakan adalah orang yang terjebak. Tekanan kerja yang tinggi dan adanya ikatan kerja yang mengharuskan pembayaran denda jika karyawan mengundurkan diri. Pada hakikatnya dengan mengkaryakan akan membuat orang beraktifitas lebih produktif. Namun jika sebuah perusahaan mampu mengkayakan karyawannya ini akan menjadi lebih baik lagi, karena kesejahteraan akan lebih merata.
Bayangkan jika tidak adanya perkembangan yang pesat dengan perusahaan di Indonesia, berapa angka pengangguran yang masih tetap dan tidak akan pernah menurun. Hal ini terjadi karena mental yang sudah salah didik menjadi malas dan tidak mau berdikari. Mereka yang tak menjadi karyawan pastinya akan menjadi pengangguran. Padahal itu bukan harga mati. Masih banyak hal yang dilakukan oleh seorang yang bukan karyawan seperti melakukan bisnis, membuat karya karya seni, menulis. Semua ketrampilan ini sudah dibekali secara matang sejak sekolah dasar. Kedengarannya sangat malas sekali jika kadang ada opini yang menyalagkan sistem pendidikan indonesia. Karena dari masyarakatnya pun juga harus punya keinginan untuk berubah.
Padahal mereka mampu berdikari, berdiri di tanah air kita sendiri yang disebutkan oleh seorang pahlawan bangsa Soekarno. Dengan adanya produktifitas di daerah lokal, maka ekonomi desa akan berkembang tanpa adanya pemodal asing. Mereka akan belajar mandiri langkah demi langkah untuk mengejar ketinggalan. Memang hal ini juga baik jika memang dapat dilakukan secara serentak di tanah air kita. Belajar berdikari dengan inovasi inovasi dan modal kecil yang dengan keuletan dapat berkembang sehingga dapat menjadi seorang pemodal besar asal Indonesia di luar negeri.
Ideologi berdikari adalah baik jika keadaan belum terlambat, namun jika keadaan sudah terlambat memang bangsa ini membutuhkan tamparan yang keras untuk menjadi lebih baik. Dengan tidaknya berdikari lagi, sekarang banyak orang yang hanya dapat melihat gedung gedung bertingkat di ibukota pertiwi. Gedung itu memang besar, Negara ini terlihat mewah namun itu milik siapa. Siapakah pemilik surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal tersebut, siapakah yang mendapatkan keuntungan tak normal terbesar.
Memang benar kita seperti hidup tidak merdeka di tanah sendiri, hanya ada namanya saja bahwa negara ini ada dengan nama Indonesia. Namun sementara kalimat diatas dapat kita kesampingkan dahulu untuk mengejar ketinggalan bangsa dari bangsa lainnya. Tidak apa jika pemodal asing semakin banyak. Rakyat akan belajar bagaimana kompetisi ini bebas secara global di dunia yang datar ini, tanpa batas, dan akses pun tanpa gerbang. Tanpa adanya kompetisi tampaknya bangsa ini akan malas karena dimanjakan oleh kekayaan alamnya yang semakin lama akan habis di jual secara mentah.
Dengan adanya perputaran modal yang sangat cepat, perkembangan yang cepat, orang dituntut untuk belajar, bergerak cepat dan tidak malas untuk mempelajari. Jika semua masyarakat mampu belajar di tempat bekerja yang kebanyakan pemodalnya adalah asing, maka tentunya akan sanggup menyerap ilmunya, sehingga akan mampu berdikari pada suatu hari. Ini semua tinggal kekompakan bangsa ini untuk belajar dan tidak selamanya ditidurkan tanpa kreativitas dan berdikari untuk membuat sesuatu hal yang baru dengan sumber permodalan bangsa sendiri.
Beberapa pengusaha Indonesia sudah mulai banyak yang tampak sebagai pemodal besar dan mempunyai holding company seperti Bakrie, JK, Tommy Winata, Tahir dan masih banyak lainnya. Model output seperti ini tentunya yang perlu dibentuk di Indonesia, sehingga semakin banyak konglomerasi semakin banyak pajak yang akan dibayarkan.
Investor asal Indonesia yang mampu bersaing dengan Investor asing dan bahkan mengembangkan kepemilikan sahamnya di luar negeri. Dengan begitu, economic zone Indonesia semakin luas, tidak hanya luas wilayahnya tapi luas zona ekonominya dan tinggi ilmunya.